Tradisi Mudik dan Lebaran: Dilema Mahasiswa di Tengah Panggilan Keluarga dan Kewajiban Akademik

Oleh: Annisa Mahayna Wahyuni
Jurusan Teknik sipil, Universitas Malikussaleh

JurnalPost.com – Setiap tahun menjelang hari raya Idul Fitri, suasana di Indonesia berubah menjadi semakin semarak. Ribuan bahkan jutaan warga kota berbondong-bondong meninggalkan tempat tinggal mereka untuk pulang ke kampung halaman, menyambut Lebaran Bersama keluarga. Fenomena ini dikenal dengan istilah “Mudik”, sebuah tradisi yang telah mengakar kuat dalam budaya Masyarakat Indonesia. Tradisi mudik dan perayaan Lebaran merupakan bagian integral dari budaya Indonesia yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan juga keagamaan. Mudik, yang secara harfiah berarti “pulang kampung”, menjadi momen yang di nanti-nantikan setiap tahun di mana orang-orang Kembali ke kampung halaman untuk merayakan lebaran Bersama keluarga dan sanak saudara. Tradisi ini tidak hanya menciptakan kebersamaan yang erat antar anggota keluarga, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara Masyarakat. Lebaran sendiri adalah waktu untuk bersyukur dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat. Selain sebagai momen ibadah, lebaran juga menjadi waktu untuk memaafkan dan mempererat hubungan antar sesama.

Bagi mahasiswa, tradisi mudik Lebaran seringkali menjadi dilema tersendiri. Di satu sisi, mereka terdorong oleh panggilan hati untuk berkumpul dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman. Namun di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada tanggung jawab akademik yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Persoalan ini semakin kompleks ketika kita melihat bagaimana perkembangan akademik mahasiswa sangat dipengaruhi oleh tingkat kehadiran dan keterlibatan mereka dalam perkuliahan. Absensi yang tinggi, tertinggal dalam penyelesaian tugas, atau bahkan gagal mengikuti ujian dapat berdampak serius pada prestasi dan kelulusan mahasiswa. Sebuah dilema yang tidak mudah untuk dipecahkan, mahasiswa harus berhadapan dengan pilihan sulit antara memenuhi panggilan keluarga atau mempertahankan kewajiban akademik. Bagaimana mereka menyikapi situasi ini?

Menjaga Tradisi Keluarga, bagi sebagian besar mahasiswa, tradisi mudik Lebaran merupakan sesuatu yang sangat penting. Pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga besar adalah momen yang sangat dinanti-nantikan. Kebersamaan, kasih sayang, dan kehangatan yang dirasakan saat berkumpul dengan keluarga seakan menjadi energi spiritual yang menyegarkan jiwa. Tidak hanya itu, tradisi mudik juga mengandung nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun. Momen ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk menjalin silaturahmi, memohon maaf, dan mendapat restu dari orang tua serta kerabat yang lebih tua. Bagi mereka, hal ini merupakan kewajiban moral dan spiritual yang harus dipenuhi. Selain itu, tradisi mudik juga memiliki makna ekonomi yang signifikan. Bagi mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, uang saku atau beasiswa yang mereka dapatkan menjadi sumber utama pendapatan keluarga. Oleh karena itu, kepulangan mereka ke kampung halaman menjadi penting untuk membantu meringankan beban orang tua.

Baca Juga  Keadilan THR dalam Kesejahteraan Pekerja

Kewajiban Akademik yang Tak Terbantahkan, dimana mahasiswa juga tidak dapat mengabaikan tanggung jawab akademik mereka. Perkuliahan, praktikum, pengerjaan tugas, dan ujian adalah kewajiban utama yang harus dipenuhi demi mencapai keberhasilan studi. Absensi yang tinggi, tertinggal dalam penyelesaian tugas, atau gagal mengikuti ujian dapat berakibat fatal bagi mahasiswa. Mereka bisa terancam tidak naik kelas, terkena sanksi akademik, bahkan terancam drop out. Ini tentu akan berdampak buruk pada masa depan mereka. Perguruan tinggi juga menerapkan aturan yang ketat terkait kehadiran mahasiswa. Banyak mata kuliah yang mensyaratkan kehadiran minimal 75-80% agar mahasiswa dapat mengikuti ujian akhir. Absensi yang melebihi batas dapat mengakibatkan mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti ujian. Ditambah lagi, banyak program studi yang memiliki padat aktivitas akademik, terutama menjelang akhir semester. Mahasiswa harus menghadapi berbagai tugas, presentasi, praktikum, dan ujian yang membutuhkan persiapan dan pengerjaan intensif. Meninggalkan kampus pada masa-masa kritis ini tentu akan sangat merugikan.

Mencari Titik Temu adalah jalan yang paling tepat dalam menghadapi dilema ini, mahasiswa perlu mencari jalan tengah yang dapat mengakomodasi kedua kepentingan; tradisi keluarga dan kewajiban akademik. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

1. Mengatur Waktu Mudik
Salah satu opsi yang dapat ditempuh adalah dengan mengatur waktu mudik sedemikian rupa agar tidak berbenturan dengan jadwal perkuliahan atau penyelesaian tugas yang kritis. Misalnya, dengan mudik lebih awal atau pulang lebih akhir daripada kebanyakan mahasiswa lain. Dengan begitu, mahasiswa masih dapat merayakan Idul Fitri bersama keluarga, namun tidak terlalu lama sehingga tidak terlalu banyak materi perkuliahan yang terlewatkan. Tentunya solusi ini perlu didiskusikan terlebih dahulu dengan pihak keluarga agar dapat diterima dan dipahami.

2. Memaksimalkan Teknologi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk tetap terhubung dengan keluarga meskipun tidak dapat pulang kampung. Berbagai aplikasi video call, obrolan grup, atau platform media sosial dapat digunakan untuk tetap berinteraksi dan merayakan Lebaran bersama keluarga secara virtual. Selain itu, mahasiswa juga dapat memanfaatkan teknologi untuk tetap mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, atau berkonsultasi dengan dosen meskipun sedang berada di kampung halaman. Dengan demikian, mereka dapat memenuhi kewajiban akademik tanpa harus meninggalkan tradisi mudik Lebaran.

Baca Juga  Menilik Kondisi Perlindungan Anak di Sumatera Barat

3. Komunikasi Intensif dengan Keluarga
Komunikasi yang terbuka dan intensif dengan keluarga menjadi kunci penting dalam menyelesaikan dilema ini. Mahasiswa perlu menyampaikan dengan jelas mengenai tanggung jawab akademik yang mereka miliki, serta meminta pemahaman dan dukungan dari keluarga. Keluarga juga perlu memahami bahwa keberhasilan studi mahasiswa merupakan investasi masa depan yang sangat penting. Dengan saling memahami dan memberikan dukungan, diharapkan mahasiswa dapat menemukan solusi yang dapat mengakomodasi kepentingan keluarga dan kewajiban akademik secara seimbang.

4. Manajemen Waktu yang Efektif
Bagi mahasiswa yang tetap memutuskan untuk pulang kampung, manajemen waktu yang efektif menjadi kunci utama. Mereka perlu membuat perencanaan dan penjadwalan yang matang, agar dapat mengalokasikan waktunya secara proporsional antara kegiatan keluarga dan tanggung jawab akademik. Mahasiswa dapat membagi waktunya untuk mengerjakan tugas, belajar, dan tetap mengikuti perkuliahan secara daring selama berada di kampung halaman. Dengan demikian, mereka dapat memenuhi kewajiban akademik tanpa harus meninggalkan tradisi mudik Lebaran.

Tradisi mudik Lebaran memang menjadi dilema tersendiri bagi mahasiswa. Di satu sisi, panggilan untuk berkumpul dan merayakan bersama keluarga sangat kuat. Namun di sisi lain, kewajiban akademik yang tidak dapat ditinggalkan juga menuntut perhatian penuh. Dalam menghadapi dilema ini, mahasiswa perlu mencari solusi yang dapat mengakomodasi kedua kepentingan secara seimbang. Mengatur waktu mudik, memaksimalkan teknologi, komunikasi intensif dengan keluarga, serta manajemen waktu yang efektif menjadi beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan.Dengan upaya dan komitmen yang kuat, mahasiswa diharapkan dapat menemukan titik temu antara panggilan keluarga dan kewajiban akademik. Sehingga mereka dapat merayakan Lebaran bersama keluarga dengan tenang, sekaligus tetap mempertahankan keberhasilan studi mereka di perguruan tinggi.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *